Warisan Belanda?, DPR Usul Seragam PNS Diganti Dengan Baju Khas Nusantara

oleh -113 Dilihat
oleh
Ilustrasi

Disebut Warisan
Belanda, DPR Usul Seragam PNS Diganti dengan Baju Khas Nusantara

JAKARTA, StasiunBerita – Anggota DPR RI yang juga tokoh budaya
Jawa Barat, Dedi Mulyadi meminta Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birkorasi serta Menteri
Agama mengubah aturan pakaian aparat sipil negara (ASN) untuk
disesuaikan dengan basis budaya nusantara.

Sebab, Dedi melihat selama ini ketentuan tentang pakaian ASN dan pejabat DPR hingga DPRD merupakan warisan kolonial Belanda.

Misalnya, kata Dedi, pakaian seragam harian (PSH) ASN tangan pendek yang
berbahan wol atau biasa disebut jas tongki adalah pakaian yang biasa
digunakan orang Belanda untuk berburu.

Namun di Indonesia, pakaian ini dijadikan seragam formal untuk bekerja harian.
“Itu pakaian gaya Belanda yang biasa dipakai untuk berburu,” kata dedi kepada Kompas.com, Senin (4/11/2019).

Selain warisan kolonial Belanda, lanjut Dedi, pakaian seperti itu tidak cocok untuk lingkungan Indonesia.

Menurut dedi, pakaian berbahan wol cocok di daerah dingin.
Namun di Indonesia, tidak semua daerah bersuhu dingin. Bahkan ada yang
suhunya mencapai 36 derajat celcius, terutama saat musim kemarau.

“Suhu Indonesia itu cocoknya menggunakan pakaian dari sutera. Bahan baku sutera itu masuk alam Indonesia,” kata dedi.

Selain seragam ASN, gaya Barat juga terlihat dalam pakaian untuk anggota
legislatif, terutama pakaian sipil lengkap (PSL) untuk acara resmi atau
pengambilan keputusan.

Pakain PSL ini adalah baju jas dengan dasi.
Menurut Dedi, selain ala kebarat-baratan, penggunaan PSL ini juga akan berdampak pada lingkungan.

Ketika anggota legislatif menggunakan PSL, maka suhu di ruangan harus
benar-benar dingin, karena pakaian model itu membuat orang gerah.

“Agar suhu dingin, maka harus menggunakan AC dengan PK tinggi dan itu akan merusak lapisan ozon,” kata Dedi.
Oleh karena itu, Dedi mengatakan, sangat penting pemerintah melalui tiga
menteri itu (Mendagri, Menpan RB dan Menag) untuk menghapus aturan
tentang pakaian yang bernuansa kolonial Belanda.

“Selain itu, seragam ASN saat ini juga semi-militeristik dan warisan
Orde Baru, sehingga harus dihapus dan diganti dengan baju khas
nusantara,” tegas mantan bupati Purwakarta dua periode ini.

Baju Nusantara
Dedi menyebutkan, pemerintah mestinya mendorong semua ASN dan pejabat
negara untuk memakai pakaian dengan basis budaya nusantara.

Setiap pegawai negeri memakai pakaian yang disesuaikan dengan budaya dan
iklim di masing-masing daerah. Begitu juga untuk anggota legsilatif,
pakaiannya menyesuaikan dengan budaya di daerah pemilihan masing-masing.

“Sehingga akan tercipta keragaman budaya dan identitas budaya mereka tidak terhapus,” kata Dedi.

Namun, kata Dedi, bukan berarti mereka menggunakan baju adat. Menurut
Dedi, pakaian khas daerah bisa disesuaikan dengan mode atau fashion saat
ini. Yang penting ada kepantasan.

“Karena dalam hal ini yang terpenting adalah pakaian ASN tidak seragam
di semua daerah. Bisa disesuikan dengan budaya di masing-masing daerah
tetapi tetap fashionable (model mengikuti zaman),” tandas Dedi.

Celana Cingkrang
Selain itu, pakaian untuk ASN juga disesuaikan dengan jabatan mereka.
Kalau untuk orang lapangan seperti penyuluh pertanian atau kehutanan,
kata Dedi, cocoknya mengenakan pakaian cingkrang, mirip pangsi untuk
baju pesilat.

Dengan modelnya yang longgar dan ujung celana di atas mata kaki, pakaian
cingkrang ini membuat orang bebas bergerak. Ujung celana tidak akan
mudah kotor karena posisinya lebih tinggi.

“Nah, sebenarnya celana cingkrang itu bukan budaya Arab, malah budaya
Nusantara. Orang-orang Sunda yang pergi ke sawah biasa menggunakan
celana cingkrang, warna hitam. Itu yang disebut pangsi,” kata Dedi.

Sarung Ma’ruf Amin
Dedi menyebutkan salah satu pejabat yang masih mempertahankan budaya
nusantara dalam hal berpakaian adalah Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Ma’ruf Amin dalam acara apa pun, baik formal maupun informal, terbiasa
mengenakan bawahan sarung. Sarung, kata Dedi, adalah budaya khas
nusantara dan itu adalah formal.

“Pak Ma’ruf terus menggunakan kain sarung karena pakaian khas Indonesia.
Itu formal. Sama dengan orang Arab pakai jubah. Raja-raja Arab datang
ke sini pakai gamis atau jubah,” kata Dedi. [*]

    No More Posts Available.

    No more pages to load.