Seujung Konspirasi Cinta

oleh
oleh
Seujung Konspirasi Cinta
Ilustrasi

#Sepucuk Konspirasi Cinta

CERPEN, Stasiun Berita#Kukenalkan ia dengan beragam bahasa agar nanti ia tau bahwa dunia seperti bahasa, berbeda-beda namun semua terangkai indah

Rasanya seperti melayang ketika pertama kali mengetahui bahwa aku berbadan dua. Artinya, ada tubuh lain berada didalam tubuhku. Ada tubuh lain yang juga menyerap makananku, oksigenku hingga apa yang aku rasakan. Menurut beberapa referensi gambar yang pernah kubaca, bentuknya seperti alien yang menghisap seluruh apa yang kita punya.

Bentuknya yang pipih, menyedot melalui selang kemulutnya menghisap yang baik-baik dalam tubuhnya dari tubuhku. Atau nanti setelah dewasa dia akan menendang-nendang tubuh dan mengajak kita bermain dengan dunia masing-masing.

Kadangkala ia menyertai seonggok mual yang menyergap dipagi hari, atau keinginan yang tiba-tiba menggerumbul tubuh dengan dalih keinginan sang jabang bayi. Ah, semuanya mitos, tapi aku sangat menikmatinya. Karena kebersamaannya didalam tubuh yang membabi buta membuatku harus memberinya ruang tersendiri.

Dia memberiku suatu hal penting, suatu batasan. Suatu garis lurus yang ditariknya sebagai police line. Bukan karena aku membuat sebuah kejahatan, melainkan agar aku tidak membuat sebuah kejahatan. Sosoknya berada dalam bayangku, dan menyerupai diriku sendiri. Tapi dia bukan aku sampai kapanku. Sembilan bulan, dia akan mendengar apa yang aku katakan, apa yang aku rasakan, apa yang aku lakukan. Dia akan merasakan tangisanku, kesedihanku, kebahagianku, tawa candaku serta semua rasa yang kupunya.

Sembilan bulan, ya sembilan bulan, aku akan meleburkan diriku padanya. Berbagi tempat padanya, membagi semua yang kupunya. Kami saling memberi, kami saling menguatkan. Sembilan bulan aku belajar padanya bagaimana caranya membagi, bagaimana caranya meluapkan perasaan, bagaimana caranya aku memberi tanpa aku berharap kembali.

Didalam tubuhku dia mengajarkan aku caranya ikhlas. Memberi tanpa mengatur, memberi tanpa harap aku ingin apapun. Hanya memberi, dan memberi. Dia mengajarkanku caranya jatuh cinta dan mencintai dengan meluap-luap, membabi buta. Serta dia mengajarkan aku caranya mencintai tubuhku sendiri, mencintai apa yang ada dalam diriku. Mencintai diriku yang menjadi rumah hangatnya dalam sembilan bulan.

Darinya aku belajar banyak hal, tentang caranya menjadi manusia dewasa, tentang caranya memperlakukan manusia seutuhnya. Darinya aku ingin menjadi lebih baik dan terus menjadi baik. Darinya aku belajar caranya memaafkan dan meminta maaf pada diriku sendiri hingga aku merasa dia mengajarkan aku untuk selesai dengan diriku sendiri, kuat dikakiku, tanpa mengeluh.

Kelak ketika dia lahir kedunia, setiap pagi aku akan memberinya sebuah pilihan. Aku akan bicara padanya, aku akan siap menjadi tumpuannya, tempatnya mengadu, tempatnya belajar tertatih-tatih, tempatnya belajar salah. Oh nak, kau boleh memanggilku dengan namaku tanpa embel-embel ‘mama’, ‘ibu’, ‘emak’, ‘bunda’, karena aku tau kau hanya sebuah titipan yang mengajarkanku arti hidup yang sesungguhnya.

Kau akan tau, bahwa cintaku begitu besarnya padamu, melebihi aku mencintai diriku sendiri. Tapi setiap malam kau mengajarkan aku caranya mencintai diriku sendiri, kau kuat kau hebat. Kelak kukenalkan kau dengan beragam bahasa agar kau tau bahwa dunia seperti bahasa, berbeda-beda namun semua terangkai indah.

Kelak, akan kukenalkan kau cara melihat, agar kau tidak melihat hanya dengan kedua bola matamu yang indah melainkan dengan mata hatimu yang paling dalam. Kita akan berdiskusi berbagai teori-teori, ah aku yakin kau tentu saja akan mendebatku dengan teori yang baru kau baca dibukumu. Kau tentu saja akan tak pernah puas dengan jawabanku dan mendebatku hingga kita lelah dan kau terlelap dipangkuanku.

Tentu saja aku akan kewalahan harus menyusulmu membaca teori-teori baru yang belum aku ketahui. Aku akan melihat setiap kesalahanmu, aku akan melihat kau terseok-seok menangis karena belajar suatu hal atau kau harus menangis karena memilih suatu hal yang kau anggap berat. Ah nak, kita akan menyongsong hari-hari bersama. Tangismu, tawamu, celotehmu yang akan menyertai hari-hariku kelak hingga kau dewasa.

Tuhan hanya menitipkanmu hingga kau dewasa, setelah itu kau punya hidup sendiri, kau punya dunia yang begitu luas untuk kau genggam. Kau bisa memilih apapun didunia ini nak, nanti kita akan belajar caranya menjadi manusia. Dunia ini bangku sekolahmu nak, pengalaman guru terbaikmu, kekuatan dan keteguhan hatimu adalah pilihanmu nak. Tentu kau bukan milikku, kupeluk erat kau hingga kau mampu menyongsong hari-harimu.

Kelak, ada seorang laki-laki yang akan kau panggil ‘papa’, atau ‘ayah’, atau ‘bapak’, dia akan menemani hari-harimu pula sama seperti aku. Dia pula akan bersama kita belajar banyak hal, tertawa bersama, bercanda bersama, menangis bersama. Kami berkonspirasi menyambutmu kedunia ini. Menyiapkan tempat terbaik, makanan terbaik, pendidikan terbaik serta semua hal terbaik kepadamu. Aku yakin, dia akan menjadi ayah yang hebat bagimu, dan kau akan selalu merindukannya.

Cintaku sungguh meluap-luap dan kau memberi batasan. Aku tau, darimu aku pula belajar sebuah batas yang tak berlebih. Berjuanglah dalam rahimku, seperti aku memperjuangkanmu. Hingga kelak kau lahir kedunia ini, kita akan terus berjuang menghadapi semua tantangan.

(Kelak, jangan bilang ayahmu jika kita berkonspirasi didalam tubuhku ini, bahwa kita sepakat memanggilku dengan namaku)

23 Desember 2012

(kau dalam hitungan 6 minggu hari ini menurut dokter, tapi aku yakin kau berumur 5 minggu hari ini). [*]


[Angger Wiji Rahayu/kompasiana]

    No More Posts Available.

    No more pages to load.