Stasiun Berita – Lokasi Taman Rimba Raya Sultan Adam Mandiangin, kemungkinan tidak asing buat masyarakat Banua. Persisnya terdapat di Bukit Besar Desa Mandiangin Timur, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Keindahan alam daerah ini cukup eksotis. agak banyak spot yang dapat jadikan ruang jelajah. Belum juga jalan terjal yang melawan, selanjutnya air terjun sampai jalan pendakian curam ke pucuk Bukit Besar.
Bukan itu saja, daerah ini kental dengan aroma wisata riwayat. Salah satunya Kolam, Pesanggrahan yang umum disebutkan warga setemoat dengan Benteng Belanda, Sisa Sanatorium sampai Lapangan Tenis.
Satu antara objek menarik ini ialah Kolam Belanda. Saat Masuk daerah Tahura Sultan Adam Mandiangin, pengunjung akan melalui jalan yang ke arah tempat Wisata Kolam Pemandian Belanda. Kolam itu memiliki ukuran 30 x 50 mtr. pas ada di tepi jalan. Kolam yang indah. Tapi dibalik keindahan itu, nyatanya simpan narasi mistis. Penuh misteri.
Dari pencarian info pada warga ditempat Mandiangin, ada beberapa penampakan mahluk gaib di seputar ruang kolam ini. Dari mulai penampakan putri hingga beberapa masyarakat yakini jika itu kolam pemandian putri dari alam gaib. Serta dalam siaran misteri mengenai alam samping dari salah satunya stasiun TV lokal di Banjarmasin, mengaku jika kolam ini benar-benar kental dengan aura gaib.
Disamping itu, ada warga ditempat ada pula yang pernah melihat penampakan noni Belanda Bergaun putih, sedang berdiri di pinggir kolam. Siapakah ia, adakah hubungan dengan pembangunan Kolam Belanda ini di waktu dulu? Ini memantik ingin tahu yang benar-benar dalam. Khususnya tentang bagaimana riwayat Kolam Belanda di Mandiangin.
Cukup susah cari beberapa sumber riwayat tentang kolam Mandiangin. Seperti cari jarum dalam tumpukan jerami. Sesudah pencarian sampai ke Perpustakaan Leiden Belanda serta kroscek koneksi sejarawan di sejumlah daerah di belahan Bumi Eropa, pada akhirnya perlahan-lahan misteri ini mulai terkuak. Ada sumber photo, yang didapat pada oorlogsgravens tichting.nl dalam artikel penting yaitu “het proces zonder recht” (Hukum Tanpa ada Proses).
Dalam sumber photo itu, ada gambar Gubernur BJ Haga yang sedang ada di kolam renang. Pada caption photo yang cukup singkat, cuma dituliskan Haga zwembad (Haga di kolam renang) tanpa ada menerangkan detailnya. Walau begitu bisa diperkirakan berdasar tatanan letak, bentuk dan keadaan geografis berbentuk jalan serta vegetasi di seputar kolam, kolam itu ialah kolam Belanda di Mandiangin. Khasnya, memang ada noni Belanda yang berdiri di tepi kolam ini. Tidak sendiri, tapi berdsama beberapa petinggi Belanda yang lain. Terhitung Gubernur BJ Haga yang membuat serta resmikan kolam ini.
Tentang Riwayat Pembangunan Kolam Renang Mandiangin ada dalam Majalah (Magazine) Tropisch Nederland, Tijdschrift ter Verbreiding van Kennis omtrent Oost en West Indie, volume 12 tahun 1939, terbitan tahun 1939. Dalam majalah ini dituliskan jika pada Februari 1939 dibuka pasangrahan dengan kolam renang serta lapangan tenis pada ketinggian 150 mtr. yang diberi nama Mandi-Angin (Windbad). Pasanggrahan ini tempatnya terdapat seputar 50 km. dari Banjarmasin. Pasanggrahan Maadiangin serta fasilitasnya seperti kolam renang serta lapangan tenis diresmikan pada tanggal 26 Februari 1939 oleh Gouverneur van Borneo, Dr. Bauke Jan (B.J.) Haga.
Dari pemantauan lapangan dalam pekerjaan riset ada kolam renang sebagai sisi sarana dari Pasanggrahan Mandiangin. Dalam Bahasa Belanda disebutkan zwembad. Mengenai artefak yang ada di kolam renang Mandiangin ialah formasi dinding kolam. Campurannya dari batu andesit serta semen portland dan kerikil. selanjutnya gorong gorong ukuran besar serta kecil, susunan kayu ulin dan bangunan rumah ubah serta kolam kecil, kamar mandi serta toilet.
Kekhasan kolam renang Mandiangin ini ialah air yang ciri khas mengalir dari sumber mata air. Lantai dasarnya yang benar-benar alami serta kesegaran yang ciri khas rasanya. Keadaan ini sama juga dengan kolam peninggalan Hindia Belanda Kolam Renang Tirta Kencana di wilayah Banyumas yang dibuat tahun 1900-an.
Direncanakan, bangunan kolam ini adalah kolam renang pemandian untuk layani tamu-tamu Eropa dari BJ Haga yang kangen dengan situasi kampung halaman mereka. Tentu saja beberapa orang Eropa ini ogah bernenang di sungai yang biasa digunakan golongan pribumi. Jadilah kolam renang ini exclusive untuk orang Eropa saja.
Sebab kurangnya data primer yang lain karena itu dikerjakan analisa serta bahasan dikerjakan dengan cara perbandingan. Biasanya pada saat Hindia Belanda diawalnya era ke-20, Kolam renang Zwembad biasa disebutkan Slembat (dari Bahasa Belanda: zwembad). Seperti di kota Malang, Jawa Timur, penyebutan slembat sempat bertahan sepanjang beberapa puluh tahun jadi diva buat beberapa anak di kota Malang. Popu-laritas slembat pada saat itu buat beberapa anak sekolah di Malang memang susah tertandingi.
Disamping itu, akses yang masih susah ke tempat renang lain yang rata-rata ada di wilayah tepian kota membuat slembat jadi arah penting. Disamping itu hal-hal lain yang membuat nya tetap ramai ialah jumlahnya anak les yang belajar di kolam renang ini.
Meskipun pada hari-hari akhir waktu jayanya, kolam renang ini sama dengan kesan-kesan murah serta merakyat, tetapi pada saat awal pembangunannya, kesan-kesan yang ada jauh dari dua hal itu. Kolam renang ini dibuat bertepatan dengan kompleks olahraga Gajayana pada seputar tahun 1930-an. Tentang kolem Mandiangin ini, di bagian samping ada banyak puing-puing sisa bangunan, yang telah hancur. Bangunan ini dahulunya direncanakan dipakai jadi tempat santai atau bertukar baju oleh beberapa Belanda, sesudah mandi di kolam.
Jadi perbandingan, kompleks olahraga yang berada di Malang pada tahun 1900-an sempat dipandang seperti kolam paling baik di Hindia Belanda. Hampir serupa keadaannya dengan Kolam Renang Mandiangin, pada tahun 1939 an, kolam renang atau zwembad dalam bahasa Belanda ini makin banyak dipakai warga Eropa dan golongan yang terpandang yang lain untuk penuhi kemauan mereka berenang. Benar-benar lumrah, sebab diawalnya era ke-20, kolam renang serta bioskop ialah hiburan yang cukup terkenal di golongan orang Indonesia yang style hidupnya kekinian serta seperti orang Belanda. Tetapi, tidak semua tempat bisa dimasuki anak sekolah pribumi yang dikelompokkan inlander.
Tentang ketentuan penggunaan Kolam Renang Mandiangin, kolam renang ini juga peluang berlaku ketentuan yang benar-benar diskriminatif. Bila ada orang pribumi di ruangan/tempat yang cuma bisa dimasuki orang Eropa, beberapa orang itu biasanya beberapa jongos alias babu alias pelayan yang perlu tetap menunduk pada seorang Belanda. Penentuan tempat pengerjaan Kolam Renang Mandiangin pada tahun 1939 di daerah Bukit Besar, hampir serupa kasusnya dengan di Batu, Malang, Jawa Timur.
Batu ialah obyek wisata yang cukup sudah berusia serta dibuat oleh serta pada saat pendudukan Belanda ialah taman piknik Selecta yang terdapat di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Tempatnya yang indah serta sejuk jadikan tempat piknik yang telah mempunyai umur beberapa puluh tahun ini telah jadi pujaan semenjak jaman dulu. Selecta sendiri dibangun oleh seorang masyarakat Belanda namanya De reyter De Wild pada tahun 1928. Bangunan lama di Selecta ini sekarang masih kelihatan di sejumlah sisi di kolam renang dan pada beberapa wisma peristirahatan dan kantor di daerah itu.
Mengenai arsitek yang membuat bangunan Pesanggrahan Mandiangin serta fasilitasnya seperti kolam renang serta lapangan tenis itu direncanakan dibuat oleh A.W. Rynders yang pada tahun 1939 tertera jadi architect bij de Landsgebouwendienst. A.W, Rynders bertanggungjawab untuk gedung-gedung pemerintah di afdeeling Zuid en Oost Borneo. A.W. Rynders ialah architect di B.O.W atau Burgerlijke Openbare Werken/Dinas Pekerjaan Umum. [*}