Istana Maimun, Terowongan Misterius serta Benda Pusaka Seputar Raja

oleh -124 Dilihat
oleh

Kota Medan, ibu kota dari Propinsi Sumatera Utara mempunyai beberapa tempat wisata yang benar-benar indah serta menarik untuk didatangi. Tidak hanya ada tempat yang non religi, ada pula yang religi.

Untuk yang non religi ada Merdeka Walk untuk santai nikmati situasi kota. Di sini pengunjung bisa nikmati hiburan sampai kulineran. Merdeka Walk membuka tiap hari mulai jam 11.00 WIB sampai larut malam. Ada pula Museum Perjuangan terdapat di Jalan Zainul Arifin. Di museum itu ada benda bersejarah dari ABRI serta rakyat Sumatera Utara.

Beberapa salah satunya seperti senjata, obat-obatan, sampai seragam perang yang dipakai pada perang kemerdekaan Indonesia menantang pemberontakan pada tahun 1958.

Sedang untuk wisata religi yakni Masjid Raya Almaksum atau Masjid Raya Medan serta Istana Maimun. Apa pembaca tahu apapun sebagai hal menarik dalam tempat tujuan wisata yang terdapat di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Sukaraja, Medan Maimun, Kota Medan ini?

Sebelum Istana Maimun berdiri istimewa serta kuat seperti saat ini tahun 2019, pada tahun 1632 Kesultanan Deli di pimpin oleh Tuanku Panglima Gotjah Pahlawan. Dimana Kesultanan ini sukses menaklukkan Kerajaan Haru sampai sukses mengalahkan daerah Semenanjung Malaysia, Kamboja, Sumatera serta Kalimantan.

Lantas, sesudah mengalahkan daerah, Tuanku Panglima Gotjah Pahlawan menikah dengan anak kejuran hitam penguasa wilayah Gunung Klaud atau disebutkan Percut.

Dari Istri Gotjah Pahlawan melahirkan seorang putra namanya Parunggit. Sesudah menikah serta mempunyai anak, Gotjah Pahlawan meluaskan daerah Kesultanannya sampai ke wilayah Kesawan (Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat) serta jadikan Kesawan jadi ibu Kota Kerajaan Sultan Deli.

Urutan Raja Sultan ke-2 seperginya Gotjah Pahlawan diakui kepasa Tuanku Panglima Parunggit. Dalam buku Hikayat jika Parunggit menikah dengan Nang Baluan, anak Datuk Sunggal yang saat itu berkuasa atas daerah Karo. Oleh karena pernikahan itu, Tengku Parunggit mendapatkan gelar tradisi karo “Sembiring” yang mana selanjutnya jadi gelar tradisi buat keturunan keturunannya sampai saat ini.

Selanjutnya, sesudah berakhirnya umur Parunggit, Raja Sultan ke-3 diakui pada Tuanku Panglima Padrap. Pada tahun 1698, Tuanku Padrap mengalihkan Ibu Kota Kerajaan ke Pulo Brayan serta Padrap pada tahun 1728 mangkat (mengenai raja/wafat) di Makamkan di Pulo Brayan.

Pada tahun yang sama (1728) Raja Deli ke-4 jatuh pada Tuanku Panglima Pasutan. Berdasar kebijaksanaan bersama dengan, Pasutan mengalihkan ibu kota kerajaan dari Pulo Brayan ke Labuhan Deli. Pasutan di sini membuat satu instansi kerajaan yang diketahui dengan “Datuk Empat Suku” yang terdiri dari empat wilayah (Urung) salah satunya Urung XII Kuta (Sepuluh dua Kuta, Bentangan Perak), Urung Serbayaman (Sunggal), Urung Senembah (Patumbak serta Tanjung Morawa) serta Urung Sukapiring (Kampung Baru sampai beberapa Medan Kota).

Selanjutnya, Tuanku Panglima Pasutan Mangkat tahun 1761 serta diganti dengan Tuanku Panglima Gandar wahid. Jadi Raja Sultan ke-5, Gandar Wahid melanjutkan program “Datuk Empat Suku” serta kemauan rakyat bisa tercukupi sampai dianya Mangkat pada tahun 1805.

Raja Sultan ke-6 yakni Sultan Panglima Awaluddin Mangedar Alam, ke-7 Sultan Osman Perkasa Alam, ke-8 yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam, ke-9 Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam, ke-10 Sultan Awaluddin Sani Perkasa Alam, ke-11 Sultan Osman Al-Sani Perkasa Alam, ke-12 Sultan Azmi Perkasa Alam, ke-13 Sultan Otteman Mahmud Paderap Perkasa Alam serta paling akhir yakni Sultan Mahmud T Perkasa Alam. Raja Sultan ke-14 ini mulai memegang tahun 2005 sampai saat ini (2019).

Memang, Kesultanan Deli itu ada dari tahun 1632. Tapi pada tahun itu, Istana Maimun belumlah ada di Kecamatan Medan Maimun. Istana Maimun dibangun berdasar ide Raja Sultan ke-9 yakni Sultan Ma’moen Al-Rasyid Perkasa Alam atau persisnya pada 26 Agustus tahun 1888.

Bangun Istana Maimun gunakan arsitektur tentara Hindia Belanda 

Dibuatnya Istana Maimun tentunya benar-benar diinginkan buat rakyatnya pada saat itu, sebab agar bisa memudahkan komunikasi jadi rumah semua sanak keluarga kerajaan.

Istana Maimun terlihat kelihatan unik dengan kombinasi beberapa faktor kebudayaan Melayu bergaya Islam (Timur Tengah), Spanyol, India serta Italia. Sewaktu pimpin, Sultan Deli ke-9 ini jadikan Tentara Hindia Belanda namanya Thedore Van Erp jadi Arsitekturnya. Tidak cuma bangunan, singgasana kerajaan dibuat sampai kelihatan eksklusif dengan warna kuning.

Benda pusaka seputar Raja Sultan 

Tiap Raja Sultan, tentunya tidak lepas dengan benda pusaka disekelingnya. Benda Pusaka dipandang penting tetap mengikuti beberapa raja.

Sampai saat ini, benda pusaka yang digunakan untuk berperang dulu masih tersimpan di Istana Maimun. Benda Pusaka disebut diantaranya Tombak Keris dan lain-lain. Benda Pusaka yang tetap mengikuti Raja Sultan yakni Tepak Siri yang semasing mempunyai riwayat.

Disamping itu, piring makan Kesultanan atau Kerajaan, alat musik untuk menghibur beberapa tamu dan tempat duduk singgasana kerjaan masih kelihatan eksklusif serta kuat tertangani di Istana Maimun.

Ada lubang tahanan di Istana Maimun 

Dari beberapa cerita mengenai Istana Maimun yang berdiri pada tahun 1888, sampai sekarang masih ada pula terpendam cerita misterius terpendam.

Salah satunya cerita itu adalah adanya lubang yang dalam atau terowongan yang terdapat pada bagian bawah bangunan Istana Maimun. Dahulunya, tersebar berita jika terowongan bawah tanah itu ditujukan untuk tahanan atau aktor kejahatan, khususnya aktor kejahatan yang coba masuk asal-asalan ke Istana atau dapat dikatakan sebagai penyusup.

Teka-teki terowongan bawah tanah ini, sampai saat ini belum tersingkap berapa dalam serta jauhnya lubang itu. Serta saat ini, lubang itu ditutup sebab dipandang jadi satu hal misterius yang susah untuk disibak.

Siapkan sewa baju tradisi serta live musik Melayu 

Rupanya, tidak hanya banyak tersimpan beberapa benda bersejarah punya Raja Sultan, di Istana Maimun ini ada peralatan baju tradisi serta tetap tampilkan Live Musik Melayu sehari-harinya. Bukan hanya itu, ada pula penjualan souvenir ciri khas Kota Medan.

Hal itu dibetulkan oleh Tengku Muhammad Dicky sebagai Kepala Bagian SDM Yayasan Sultan Ma’moen Al-Rasyid Perkasa Alamsyah saat didapati wartawan pada Kamis (14/2).

Berdasar data yang dipunyai Dicky, jika beberapa pengunjung Istana Maimun tiap hari tetap ada. Tetapi pengunjung akan bertambah/padat pada awal bulan. Ticket masuk ke Istana Maimun ini relatif murah yakni Rp 5000 buat umum serta Rp 3000 buat beberapa pelajar.

    No More Posts Available.

    No more pages to load.